
Revolusi industri yang terjadi di Eropa pada beberapa dekade silam memang memicu perkembangan garmen di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Apalagi saat itu negeri ini masihlah menjadi jajahan kolonial asal Eropa, membuat budaya barat jelas tak bisa diacuhkan masuk ke Tanah Air. Bisa dibilang salah satu yang cukup memberikan pengaruh adalah pada sektor industri narrow fabric.
Dari namanya Anda tentu sudah tahu kalau industri narrow fabric ini akan berkaitan dengan tekstil atau kain tenunan/rajutan alias fabric. Hanya saja jika dibandingkan dengan kain yang sering dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, jenis narrow punya sedikit perbedaan. Di mana untuk kain narrow ini, ukurannya biasanya cukup kecil lantaran lebarnya tak mencapai lebih dari 45 cm.
Hanya saja kain-kain narrow ini punya keunggulan yang lebih mampu tahan lama, tak mudah berjamur, cukup elastis, bahkan tahan panas dan abrasi. Hal inilah yang membuat tekstil jenis narrow sangat banyak dipakai dalam berbagai kebutuhan terutama kegiatan outdoor seperti pakaian kerja lapangan, alat-alat pengaman kerja, sepatu sampai juga beberapa alat berat. Salah satu sektor yang sering memakai kain narrow ini adalah sektor militer.
Dengan jumlah permintaan yang terus meningkat, keberadaan industri narrow fabric terus berkembang dan bertambah. Masing-masing produsen tekstil jenis ini terus fokus pada produk yang efektif dan efisien sehingga dipakai dalam berbagai kegiatan.
Baca juga: Pengertian Narrow Fabric, Bahan-Bahan dan Proses Pembuatannya
Perkembangan Industri Tekstil Hingga Produsen Narrow Fabric di Indonesia
Pembahasan mengenai industri kain narrow di Tanah Air tentu tak bisa dilepaskan dari sektor tekstil itu sendiri. Diyakini dunia tekstil di Indonesia sudah dimulai pada tahun 1929 yang artinya hampir satu abad lalu. Hanya saja selama masa penjajahan Belanda itu, industri-industri tekstil masihlah berskala rumahan dan berawal dari paduan pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting).
Saat itu unit usaha ini memakai ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau perangkat TIB (Textile Inrichting Bandung) Gethouw. Sekadar informasi, ATBM ini diciptakan oleh Daalennorrd pada tahun 1926 dan menghasilkan sejumlah produk sandang tepat guna tradisional seperti kain panjang, kain lurik, selendang, kain stagen yang mirip dengan sabuk hingga sarung.
Sekitar satu dekade kemudian, perangkat-perangkat ATBM mulai bergeser dengan kehadiran ATM (Alat Tenun Mesin) yang diyakini pertama kali dipakai di Majalaya, Jawa Barat. Kenapa harus Majalaya? Karena pada tahun 1935, kawasan itu sudah memperoleh aliran listrik sehingga empat tahun kemudian, banyak ATM dipakai oleh produsen. Puluhan tahun berjalan, sektor garmen negeri ini terus berkembang menjanjikan.
Hingga akhirnya Indonesia menyatakan kemerdekaan dari para penjajah dan membuat industri ini terus berjalan pesat. Setidaknya pada tahun 1970-an, masuknya investasi dari Jepang membawa sektor garmen ke level yang berikutnya Meskipun sempat terbatas dan cuma mampu memenuhi pasar domestik, satu dekade pun berlalu dan industri tekstil Tanah Air memasuki pasar ekspor.
Dalam perjalanannya itulah, kain-kain narrow mulai dikenalkan dan digunakan untuk berbagai bidang. Mulai dari benda-benda lunak kebutuhan militer seperti parasut hingga harness, berbagai peralatan anti api, perlengkapan pendakian gunung, pengaman kendaraan bermotor serta berbagai perangkat perlindungan diri.
Dengan pasar yang masih terus berkembang, industri narrow fabric jelas akan memperolah pasar yang lebih luas. Tinggal para pelaku industrinya di Tanah Air untuk terus menghasilkan produk berkualitas agar mampu memberikan kain-kain narrow premium yang berdaya guna terbaik dalam berbagai kebutuhan.